KUPANG – Motif penyebab kematian Prajurit Dua Lucky Chepril Saputra Namo (22), anggota TNI Angkatan Darat di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, masih misterius. Di tengah kondisi itu, beredar bocoran informasi yang diduga laporan internal TNI AD ihwal kasus tersebut. Atasan Lucky pun diminta jujur terkait kasus ini.
Lucky bertugas di Batalyon Yonif Teritorial Pembangunan/834 Waka Nga Mere di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, NTT. Ia bertugas di sana selama sekitar dua bulan setelah menyelesaikan pendidikan Tamtama TNI AD. Lucky lolos menjadi anggota TNI setelah mengikuti seleksi sebanyak delapan kali.
”Nyawa sudah hilang. Jangan rekayasa untuk membenarkan pihak tertentu. Komandannya Lucky harus bicara apa adanya, jujurlah pada kenyataan,” kata Gabriel Goa, aktivis kemanusiaan NTT, kepada Kompas, Sabtu (9/8/2025).
Gabriel pun merespons beredarnya bocoran informasi yang diduga laporan internal TNI AD. Laporan itu diduga berasal dari atasan Lucky yang ditujukan kepada pimpinan di Komando Daerah Militer IX/Udayana. Dalam laporan itu disebutkan, korban mengalami penyimpangan seksual.
Menurut Gabriel, laporan yang sudah menjadi konsumsi publik itu semakin menyudutkan korban dan keluarga. Masyarakat yang ikut bersimpati pada korban juga merasa teriris hati mereka. ”Orang sudah disiksa dengan kejam sampai mati kini difitnah dengan keji,” ujarnya.
Seperti diberitakan, Lucky diduga disiksa berulang kali oleh senior-seniornya selama berhari-hari hingga tewas pada Rabu (6/8/2025). Kondisinya yang kritis tidak pernah dilaporkan atasannya kepada keluarga. Penyelidikan atas kasus itu pun masih berlangsung.
Ibu korban, Sepriana Paulina Mirpey, mengungkapkan, anaknya diduga menjadi korban kekerasan oleh sekitar 20 orang seniornya pada akhir Juli 2025. Sepriana mengetahui hal itu karena Lucky sempat menceritakan peristiwa tersebut beberapa jam sebelum meninggal.
Lucky dicambuk menggunakan selang oleh senior. Tak tahan dengan kondisi itu, ia sempat mencari pengobatan ke rumah keluarga angkatnya tak jauh dari kompleks batalyon. Namun, saat menjalani perawatan, sejumlah seniornya menjemput Lucky lalu membawanya ke markas batalyon.
Di markas batalyon, mereka lanjut menyiksa Lucky dengan berbagai cara selama berhari-hari. Jejak kekerasan pun tampak di sekujur tubuh Lucky. Lantaran kondisinya menurun, Lucky lalu dibawa ke rumah sakit terdekat dan menjalani perawatan intensif. Namun, pada 6 Agustus lalu, dia mengembuskan napas terakhir.
Menurut Sepriana, selama anaknya dirawat sejak 2 Agustus 2025, pimpinan Lucky di batalyon tidak pernah menginformasikan kondisi sang anak kepada keluarga. Merasa ada yang aneh dengan putranya, Sepriana kemudian terbang dari rumahnya di Kota Kupang menuju tempat tugas Lucky. Di sana, dia menemani anaknya hingga napas terakhir.
Kepada awak media yang hadir di rumah duka, Sepriana meminta agar kasus tersebut dikawal hingga terwujudnya keadilan bagi keluarga korban. ”Anak saya mati sia-sia. Kalau dia mati di medan perang, saya bisa terima,” ujarnya sambil menangis (Kompas.id, 8/8/2025).
Komando Daerah Militer IX/Udayana dalam siaran pers yang dikirim pada Sabtu pagi mengaku telah mengambil langkah cepat dan tegas menyikapi peristiwa meninggalnya Lucky.
”Tim investigasi saat ini sedang bekerja. Kami belum bisa menyampaikan detail kejadian karena proses masih berjalan,” kata Wakil Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana Letnan Kolonel Infanteri Amir Syarifudin.
Amir juga menyatakan, Kodam IX/Udayana tidak memiliki kewenangan untuk memverifikasi foto-foto atau dokumen yang beredar luas di media sosial. Semua data resmi hanya akan disampaikan oleh tim investigasi sesuai hasil temuan di lapangan.
Menanggapi beredarnya kabar tentang dugaan keterlibatan empat personel dalam peristiwa itu, Amir menuturkan, informasi tersebut belum bisa dijadikan rujukan resmi. Ia meminta semua pihak, termasuk media dan masyarakat, untuk bersikap bijak dan menunggu hasil akhir dari proses penyelidikan.
”Kami menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. Penyebutan nama atau jumlah terduga sebelum ada hasil investigasi hanya akan menyesatkan opini publik,” ungkapnya. Sementara itu, berdasarkan pantauan Kompas di rumah duka pada Sabtu siang, para pelayat terus berdatangan untuk ikut dalam prosesi penguburan jenazah Lucky. Rumah duka korban berada di Kelurahan Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang.
Leave a Reply